Tentang Resolusi Tahun Baru (1) : Beberapa saran dalam Mendefinisikan Resolusi

Tahun baru telah berganti. Terompet telah ditiup, dan sampah-sampah telah dibersihkan. What Next ?

Dalam setiap tahun, sebagian dari kita membuat ritual tahunan, resolusi tahun baru. Resolusi Tahun Baru adalah rencana dan tujuan yang akan dicapai untuk setahun ke depan. Popsy sudah menurunkan posting tentang ini, dan di blogosfer sudah banyak resolusi bertebaran. Berhubung draft ini nggak selesai-selesai, ya telat deh.

Kenapa sih kita butuh resolusi ?
Ada beberapa alasan kenapa kita butuh resolusi tahun baru. Akan kita jabarkan beberapa di antaranya :
1.    Memfokuskan tenaga ke tujuan tertentu.
2.    Menjaga motivasi sepanjang tahun.
3.    Meningkatkan kualitas kehidupan dengan kehidupan yang terencana.
4.    Mengurangi ketidakpastian dalam masa depan.
5.    Menentukan target dan tujuan jangka pendek (tahunan) agar sesuai dengan target jangka panjang kita.
6.    Evaluasi.

Setelah dibaca ulang, kok kayaknya terlalu muluk ya ? Lets take it down to earth.

Memfokuskan tenaga ke tujuan tertentu.
Every motivational training have this. Seorang trainer memberikan beberapa barang untuk dilempar lalu menyuruh beberapa trainee untuk melemparkan barang ke arah mana saja, setelah itu trainer memberikan target berupa lingkaran di papan tulis, sehingga trainee tergerak untuk melemparkan barang ke target. Simulasi itu menunjukkan bagaimana tujuan dapat memfokuskan energi kita sehingga kita bisa meraih sesuatu. Kecuali, pada suatu simulasi, beberapa trainee mengambil inisiatif duluan untuk menjadikan trainer sebagai target, ini namanya Proaktif.

Inilah salah satu fungsi resolusi, sebagai fokus agar tenaga kita tercurah secara efektif. Setiap kita keluar rumah, kita selalu punya tujuan akan kemana, setelah itu menentukan bagaimana caranya ke sana. Jika kita tidak punya tujuan, maka kita akan berjalan tanpa arah dan menghabiskan uang dan bensin di perjalanan.

Granted, berjalan tanpa arah memang memberikan kita pengalaman baru. Aku selalu senang browsing di internet tanpa arah dan tujuan, menemukan berbagai situs yang memberi informasi menarik dan ide2 segar ke kepala. Tidak semua berguna memang, tapi sebagian besar sangat membantu.

Tetap saja tujuan kita memang harus jelas, walau tidak selamanya kita harus berjalan lurus, kadang ada yang menarik di warung pinggir jalan, kadang ada cinta yang menunggu di tikungan, kadang ada pelajaran berharga di lorong misterius itu. Have a clear goal but stay flexible.

Menjaga motivasi sepanjang tahun.
Bayangkan dunia tanpa tulisan, ketika semua hal harus diingat oleh memori kita.
.
.
.
Sudah selasai membayangkan ?
.
.
.
OK… selesai tidak selesai dikumpulkan !

Tulisan membuat otak kita bisa rileks, hal ini juga membuat kita selalu ingat. Bahkan saat kita lupa, kita bisa memanfaatkan tulisan untuk mengingatkan lagi. Tulisan juga tidak berubah, lidah tak bertulang dan memori bisa berubah, tapi tulisan tetap. Heck, aku selalu meminta software requirement tertulis dan setiap perubahan requirement selalu dikonfirmasi lewat email untuk menghindari perubahan yang tidak perlu dan me-manage user yang tidak konsisten di saat pengerjaan aplikasi (Curcol dikit 😀 ).

Resolusi tertulis juga menjaga motivasi kita. Well, that’s what they said.

Meningkatkan kualitas kehidupan dengan kehidupan yang terencana
Hidup yang mengalir sangat menggoda. No plan, just live for the day. Mardun pun punya motto, “Momento mori ! carpe diem !” dan ada prinsip “Lets have fun, we die anyway”.

Mana yang benar hidup yang terencana atau hidup yang mengalir ? Je ne sai pas (salah satu frase yang paling penting dalam kelas bahasa prancis, menguasainya dan tahu kapan harus mengucapkannya akan meningkatkan survival rate kamu, artinya “Mene ke tehek”).

“Always take everything in moderation”, they said. Keseimbangannya ada di tengah-tengah. Rencanakan kehidupan seperti kamu hidup selamanya, Lakukanlah seakan tidak ada hari esok.

Itulah hebatnya quote, membuatmu terlihat bijak, dengan penekanan ke terlihat.

Anyway, dengan kehidupan yang terencana, IMHO, kita bisa meningkatkan kualitas hidup. They said, fail to plan is planning failure.

Mengurangi ketidakpastian dalam masa depan.
Kalau mbaca bukunya The Secret sih, kalau kamu percaya bahwa rencanamu akan berhasil maka alam semesta akan bersekutu untuk membuatnya berhasil.

Merencanakan setahun ke depan akan membantu kita mengurangi ketidakpastian. Setidaknya kita sudah menentukan apa yang kita inginkan, dan memikirkan bagaimana mencapainya dengan mempertimbangkan keadaan.

Menentukan target dan tujuan jangka pendek (tahunan) agar sesuai dengan target jangka panjang kita
Kita semua pasti punya tujuan jangka panjang dan jangka pendek. Entah itu lulus sekolah, masuk sekolah, atau universitas favorit, naik haji, wisata, atau pensiun muda, menikah, punya anak, punya rumah, dll. Tujuan dari resolusi tahun baru ini adalah agar kita bisa lebih dekat ke tujuan jangka panjang kita.

Aku pernah membaca cara paling ideal untuk memakan gajah adalah dengan memakannya sedikit demi sedikit. Jika kita melihat tujuan besar kita yang sepertinya mustahil, misal pensiun muda, maka dengan memecahnya jadi rencana yang detail, mungkin hal itu nggak terlalu mustahil.

Evaluasi
Banyak orang lupa bagian ini. Evaluasi pencapaian kita penting untuk melihat dimana kita dibandingkan rencana jangka panjang yang kita canangkan. Evaluasi juga membantu kita menentukan apakah kita tahun ini telah mencapai potensi maksimal kita, dan apa yang harus dibenahi.

Bagaimana membuat resolusi yang baik.
Ada banyak alternatif untuk ini.Menurutku resolusi yang baik akan memenuhi hal-hal di bawah ini :
1.    Terdefinisi dengan jelas.
2.    Bisa diukur.
3.    Punya batas waktu.
4.    Pernyataan positif.
5.    Realistis.
6.    Mempertimbangkan semua kemungkinan.
7.    Punya rencana cadangan jika gagal.
8.    Punya kejelasan cara mencapainya.

Oke, sekali lagi mari ditanam ke bumi.

Terdefinisi dengan jelas.
Maksudnya suatu resolusi harus didefinisikan dengan baik. Daripada “meningkatkan karir” kita bisa merumuskannya menjadi, “Mempelajari kembali bahasan X dengan membaca buku A, B, dan C” dan “Mendapatkan sertifikat Y untuk menunjang karir” atau “Promosi”

Definisi yang kabur akan membuat kita gagal mengevaluasi kelemahan atau kelebihan kita. Misal, apakah job desc yang baru dapat didefinisikan sebagai “peningkatan karir” ?

Bisa diukur.
Suatu resolusi yang dapat didefiniskan bisa diukur. Daripada merumuskan “lebih rajin olahraga”, “lari 2 kali seminggu dan fitness 4 kali sebulan” lebih bisa terevaluasi dengan baik. “Lebih rajin berolahraga” sangat susah diukur.

Punya batas waktu.
Batas waktu membuat kita fokus dengan usaha kita. Prokrasinator akut™, seperti aku, butuh batas waktu untuk menekan mereka mencapai tujuan. Selain itu batas waktu juga bisa memberi gambaran jika kita gagal, dan berlanjut ke rencana selanjutnya.

Pernyataan positif.
Maksudnya, sebisa mungkin kita menghindari pernyataan negatif dalam resolusi kita. Instead, “Mengurang kebiasaan merokok” menjadi “Mengalihkan kebiasaan merokok dengan makan donat”, dijamin meskipun kamu akhirnya bebas rokok tetap obesitas.

Realistis.
Sudah jelas. Realistis bukan berarti harus mudah dicapai. Realistis di sini juga bisa diartikan, tidak mustahil tapi memerlukan kerja keras. Realistis juga berarti kita mampu menakar kemampuan kita dan mendorongnya sampai batas maksimal.

Definisi lain adalah, rumuskan apa yang kita bisa lakukan. Misal, kecuali kamu adalah Menhankam Israel, pemimpin Hamas, Presiden AS, Sekjen PBB atau Miss Universe, “Perdamaian di jalur Gaza” bukan resolusi yang realistis, bahkan jika kamu satu dari antara orang itu tetap saja nggak realistis.

Mempertimbangkan semua kemungkinan.
Rencana yang bagus harus mempertimbangkan semua kemungkinan, tapi tidak semua orang bagus dalam melakukannya. Semakin banyak kemungkinan yang dipertimbangkan, semakin banyak halangan yang bisa diperkirakan, dan tentu cara mengatasinya, rencana kita akan semakin mungkin terwujud.

Punya rencana cadangan jika gagal.
Contoh orang yang memiliki rencana cadangan adalah para pejuang kemerdekaan. Rencana mereka sangat sederhana, Merdeka atau Mati ! (Well, itu secara teknis mati memang rencana cadangan). Hal ini berkaitan dengan batasan waktu itu, jika ada rencana cadangan maka kita tidak akan depresi dan bunuh diri jika menemui kegagalan (Kecuali rencana cadangannya bunuh diri).

Punya kejelasan cara mencapainya.
Apa gunanya sebuah rencana yang tidak bisa dicapai. Sebuah rencana yang baik punya detail cara untuk mencapainya. Rencana “Menurunkan berat badan sampai 10 kg dalam waktu 6 bulan”misalnya, harus dijabarkan lebih lanjut dengan cara untuk mencapainya, misal lari 5 km sehari, dan mengurangi asupan kalori menjadi 1500 Kalori sehari (aku nggak ngerti soal diet Kalori ini). Mengetahui cara untuk mencapai suatu tujuan akan meningkatkan kemungkinan tujuan itu tercapai.

Tapi di sini juga ada perkecualian, kadang beberapa poin dalam resolusi tidak bisa semudah itu dirumuskan. Misal, di bidang pekerjaanku banyak teknologi baru. Teknologi dalam bidang IT berkembang sangat cepat, beberapa teknologi yang ngetop beberapa tahun lalu, seperti J2ME, Delphi, VS 6, sudah mulai redup sinarnya. Di saat yang sama teknologi baru bermunculan.

Mungkin aku bisa menulis “Mempelajari J2EE sampai level Intermediate” misalnya, tapi di tengah jalan aku merasa J2EE nggak cocok untukku, .NET lebih cocok, atau ada teknologi baru yang muncul, ya sudah direvisi saja. Atau bikin yang agak kabur “Mempelajari teknologi yang baru.” Tidak ada jumlah, tidak ada batas waktu, dan tidak ada rencana cadangan. Jika tidak ingin selebar itu, bikin konstrain tambahan, “kemungkinan yang dipelajari : Adobe AIR, Silverlight, WPF, dan AJAX”, karena masing-masing teknologi punya tingkat kesulitan berbeda dan tidak bisa diprediksi waktu yang dibutuhkan untuk mempelajari.

Seperti yang disebut di atas, be flexible.

Lalu gimana kalau di tengah-tengah ternyata rencana tidak berjalan mulus atau ada perubahan fokus karir atau tiba-tiba terjadi kecelakaan (tidak sengaja menghamili dan disuruh tanggung jawab misalnya)? Ya sudah, direvisi saja sesuai situasi, kondisi, toleransi, pandangan dan jangkauan saat itu. Wong APBN bisa direvisi menjadi APBN-P kok.

Kesimpulan.
Jika dibandingkan dengan posting tentang resolusi di Popsy, aku memang menggunakan pendekatan berbeda soal resolusi ini. Popsy menyarankan resolusi jangan banyak-banyak, sedang aku menganggap resolusi sebagai roadmap kita dalam setahun, jadi sebisa mungkin semua aspek kehidupan direncanakan.

Mana yang mau kamu gunakan ? Ya seterah situ lah, mau bikin konsep sendiri ya silahkan… Kenapa juga aku yang repot ?

So, gimana resolusiku ?

Sebentar, sedang dirumuskan, maklum Prokrasinator Akut™. Dan sepertinya tidak semua akan dipublikasikan.

Referensi.
Waduh, yang ini repot. Banyak deh, terutama bahan LKMM TD dan Pra TD di HMTC yang aku ingat, dan berbagai referensi lainnya.

Sekarang, apa yang paling ingin kamu capai tahun ini?

About dnial

You don't see anything You don't hear anything You don't know anything Move along and pretend nothing happen

Posted on 7 Januari, 2009, in idealist, life, writting and tagged , , . Bookmark the permalink. 6 Komentar.

  1. Life is what happens to you while you are busy making other plans

    attributed to John Lennon, in his song ‘beautiful boy’

  2. Resolusi saya: tidak ada resolusi 😎
    (I’m not a good planner)

    Kalau ciuman dengan Tina Yuzuki itu resolusi yang tidak realistis ya? 😕

  3. resolusi saya 1024 x 768 … :p

  4. panjang! *skip* 😈
    *dilempar mercon*

    jadi, kapan kawin ke LN? *memulai perang*

  5. @lambrtz
    Manusia boleh beharap dan berusaha.

    @galih
    Biasa sajah 😀

    @nRa
    Saia sudah 1280×1024 😛

    @takodok
    Tidak tahu
    *tidak terpancing*

Tinggalkan Balasan ke lambrtz Batalkan balasan