Loyalitas dan Zona Nyaman

Topik favoritku saat ngobrol adalah soal karir dan kehidupan. Apalagi jika ngobrol dengan teman dekat. Aku selalu ingin tahu kenapa seseorang memilih jalan yang dilalui sekarang dan mengontraskan dengan pilihanku supaya di masa depan aku bisa melihat dari sisi lain dan punya sudut pandang yang kaya.

Pertanyaan favoritnya adalah “Apakah kamu bahagia?” Seorang wanita cantik yang sedang makan di McD Tebet ini berkata dengan jelas, “Selama aku nyaman, nggak ada alasan kuat untuk pindah dan mereka bisa memberi apa yang aku inginkan kenapa tidak?”

Hari itu wanita muda itu mengajakku keluar setelah dia menengok rumahnya yang sedang dibangun di daerah Jakarta Selatan. Rumah itu dia bangun dengan bantuan kredit dari kantornya dan dia berkata, “Aku terikat 10 tahun untuk kredit rumah ini.”

Aku pun mengontraskan dengan pilihan hidupku. Sederhananya, karena aku nggak bisa melihat diriku bekerja selama belasan tahun di perusahaan yang sama sedang wanita cantik ini mengawali karirnya 4 tahun lalu di perusahaannya sekarang dan berkomitmen untuk setidaknya 10 tahun lagi.

Fast forward ke pagi ini, telat bangun dan nunggu jam 10 untuk berangkat ke gereja jam kedua, aku menulis post ini. Berusaha mengerti perjalanan karir manusia. Di lini bisnisnya, yang juga aku geluti beberapa tahun terakhir, Oil and gas, aku melihat pekerja-pekerja keluar dan masuk. Turnover di bisnis ini sangat tinggi dan tidak hanya antar perusahaan di Indonesia tapi juga membuka peluang untuk ke Jazirah Arab bahkan sampai Afrika dan Asia Tengah.

Di tengah semua pilihan ini, dia punya satu prinsip: “kalau mereka masih memberi yang aku inginkan kenapa tidak?”

Cukup kontras dengan pilihanku. Aku selalu menilai pekerjaanku dengan sebuah pertanyaan: Jika aku bangun pagi dan bersiap berangkat, apakah aku excited untuk bekerja hari ini? apakah aku bisa memberi 100% usaha untuk mereka? Jika jawabannya tidak, saatnya mencari yang baru.

Ada sebuah peringatan dalam cara hidup ini, kita harus bisa membedakan antara stuck dan memang sudah waktunya. Kadang kita stuck, semangat itu hilang, tapi sebuah liburan bisa mengembalikannya lagi. Jika itu yang terjadi, aku tidak perlu pergi. Tapi jika semua trik sudah dicoba untuk mengembalikan semangat itu dan gagal, maka kita harus memikirkan untuk pergi.

Tapi, setelah kupikir-pikir, mungkin suatu saat aku akan bekerja dengan semangat yang sama untuk perusahaan yang sama selama puluhan tahun. Hal itu adalah karena akulah pendiri dan pemiliknya. It is THE DREAM.

Kita semua punya jalan hidup kita masing-masing pelan-pelan jalan itu akan terbuka bagi kita.

Selamat hari minggu, semoga hari ini jadi hari yang indah!

About dnial

You don't see anything You don't hear anything You don't know anything Move along and pretend nothing happen

Posted on 15 Mei, 2011, in experience, life, small talk. Bookmark the permalink. 6 Komentar.

  1. You’ve achieved success in your field when you don’t know whether what you’re doing is work or play.

    Warren Beatty, as quoted in The Best Liberal Quotes Ever : Why The Left Is Right (2004) by William Martin, p. 213

  2. Baru saya mengerti letak perbedaannya, yg satu memberi yg satu menerima..what we can give and what we can get. Wew.. Yg bagus mgk emang bs memberi dan menerima bersamaan.

  3. @Tya
    Bisa gitu juga, tapi kalau aku lihat bedanya yang satu loyal, yang satu suka tantangan. Itu aja sih. Nggak ada yang lebih baik atau lebih buruk juga. 😀

    Thanks for coming. :p

  4. ‘zona nyaman’ itu istilah yang IMHO suka disalahgunakan, kesannya negatif bener padahal ya nggak selalu segitunya juga.

    gampangnya begini. umumnya seseorang itu bisa bekerja dengan optimal kalau dia merasa nyaman, dan kebutuhannya (materi, moral, etc) diperoleh. kalau nggak, ya waktunya pindah. sesederhana itu.

    juga ini,

    Di tengah semua pilihan ini, dia punya satu prinsip: “kalau mereka masih memberi yang aku inginkan kenapa tidak?”
    Cukup kontras dengan pilihanku. Aku selalu menilai pekerjaanku dengan sebuah pertanyaan: Jika aku bangun pagi dan bersiap berangkat, apakah aku excited untuk bekerja hari ini?

    sebenarnya nggak kontradiksi. disadari atau nggak, umumnya termasuk ‘keinginan’ itu adalah juga aktualisasi diri, excitement itu ketika bekerja, kan. ada yang sudah bertahun-tahun dan masih excited untuk bekerja di tempatnya berada. ada juga yang excitement-nya cenderung menguap setelah cukup lama, IMO itu cuma soal selera, sih. 😉

  5. Aku punya cita-cita punya usaha sendiri. Sepertinya lebih menyenangkan punya usaha sendiri ya? Tapi, tergantung tiap orang sih. Dan tapi lagi, aku belum tau mau usaha apa. Halaaaaaah…

  6. @yud1
    Benar juga sih… bisa dilihat gitu juga.
    Orang merespon insentif. Banyak cara yang digunakan untuk perusahaan untuk mempertahankan karyawan terbaiknya. Salah satunya yang dimanfaatkan perusahaan temanku itu, membiayai kredit rumah, ada lagi car ownership program, dll.

    Dan mungkin juga suatu saat aku akan menemukan tempatku bekerja sampai pensiun, zona nyamanku sendiri.

    Biasku adalah aku tidak terlalu menyukai zona nyaman. I like to explore and shakes things up a little. Buatku, kita masih muda, saatnya eksplorasi diri, karir dan pilihan. Kalau nantinya lebih senior atau jadi manajer kita akan lebih lama berada di suatu tempat.

    Dan kalaupun kamu menikmati pekerjaan sekarang karena memang perusahaan bisa mencukupi semua kebutuhanmu dan kamu bahagia dengan apa yang dikerjakan, kenapa tidak?

    Kebutuhan setiap orang beda-beda, ada yang butuh keamanan pekerjaan, ada yang butuh tunjangan kesehatan yang bagus untuk keluarga, ada yang butuh jaminan hari tua, ada yang butuh tantangan, ada yang butuh gaji naik setiap 3 bulan sekali, ada yang butuh pekerjaan yang tidak mengharuskan traveling karena ingin bersama keluarga, ada yang butuh pekerjaan yang relax dan deadline tidak menggigit, banyak lah.

    Intinya sih, gimana kita bahagia.

    Bonus:
    Ada teori soal value apex seorang programmer di sini:
    http://thedailywtf.com/Articles/Up-or-Out-Solving-the-IT-Turnover-Crisis.aspx

    Dan aku sih membasiskan pengembangan karirku dari situ dan buku Being Geek dari Michael Lopp.

    @Kimi
    Ambil waktu lah, kim. Pelan2 saja, nanti kamu akan ketemu passionmu dimana dan kalau ketemu, itulah usaha yang bakal kamu bikin. 😀

Tinggalkan Balasan ke Tya Batalkan balasan