suatu pagi di jakarta
Jakarta menggeliat, saat langkah-langkah kecil dan cepat anak manusia berlomba mengejar kotak beroda yang terus mengeluarkan asap hitam. Mereka menyebutnya bis, tapi anak manusia sedheng ini menyebutnya kotak asap berjalan.
Ketika itu matahari masih setengah bangun, bersiap untuk mandi dan berangkat kerja. Ah… matahari, mahluk malas ini memang tak bisa diharapkan. Tapi, apa yang bisa diharapkan dari ledakan nuklir yang 8 menit cahaya jauhnya dari kita, dan jerawatnya bisa membuat radio rusak?
Kotak asap itu terus berjalan. Menelan dan memuntahkan anak manusia, mengantar mereka ke kotak besar, sel-sel sempit, tempat mereka memeras otak, terkungkung selama berjam-jam, dan membuat orang lain kaya, mereka menyebutnya kantor.
Anak manusia, ingin memberi arti bagi dunia. Sebuah dunia yang sempit yang dimilikinya. Bukankah setiap orang ingin mengubah dunia di masa mudanya, dan menemukan, saat mereka sudah tua, bahwa dunialah yang mengubah mereka.
Posted on 24 Juni, 2008, in experience, life, small talk. Bookmark the permalink. 3 Komentar.
I shall be telling this with a sigh
Somewhere ages and ages hence
Two roads diverged in a wood
And I took the one less traveled by
And that has made all the difference
– Road less traveled, Robert Frost –
Waks… Kok, nulisnya seperti orang yang sudah tua banget gitu??? 🙂
kotak asap berjalan…demi hidup dan kehidupan 😀