Monthly Archives: April 2011

Cerita Masa Kecil dan Pelajaran soal Cinta

Posting ini terinspirasi saat membaca buku Road Less Traveled dari Scott Peck. Aku menemukan sebuah bagian yang membahas soal ketakutan sang anak jika ditinggalkan orangtua. Mungkin kita bisa merasa hal ini di hari pertama masuk TK, hari pertama masuk SD, atau yang paling jelas, tapi kita tidak ingat, adalah saat kita menangis waktu ortu meninggalkan kita saat kita masih bayi, meski cuma sebentar tapi kita akan menangis keras.

Nah, untuk mengatasinya ortu akan berkali-kali meyakinkan sang anak, “Mama di sini kok, nggak kemana-mana” “udah tenang, papa yang njaga” dlsb. Dan saat pernyataan itu diimbangi dengan sikap maka hal itu adalah perwujudan cinta yang mengagumkan.

Nah, contoh kejadiannya adalah saat aku kelas 2 SD. Pada hari naas itu, antarjemput-ku entah kenapa tidak datang menjemput. Hal ini mungkin bukan masalah di hari ini karena ada hape, tapi saat itu belum ada hape, dan rumahku pun tidak punya line telepon, dan aku nggak punya uang saku dan nggak ngerti jalur angkot di Surabaya. Read the rest of this entry

Pekerjaan yang membahagiakan[1]

Di restoran D’Cost di Surabaya, di depanku duduk seorang perempuan cantik yang auranya misterius. Kami berbincang akrab meski baru pertama kali ini bertemu. Sampai akhirnya aku menanyakan soal pekerjaannya.

“Apa pekerjaanmu?” tanyaku. “Rahasia,” jawab wanita yang cantik nan misterius itu. “Kenapa?” tanyaku, “Apa kamu nggak bangga dengan pekerjaanmu?”

Tapi, sebenarnya pekerjaan apa sih yang membahagiakan itu? Banyak orang akan asal-asalan menjawab, “Yang gajinya besar tapi nggak ngapa-ngapain” Mungkin itu sebabnya banyak orang ingin jadi Anggota DPR.

Tapi apakah benar demikian, jawabnya mungkin akan bervariasi, tapi buatku sendiri tidak. Di suatu masa di pekerjaanku, aku pernah mengalami dalam sebulan aku menemukan diriku praktis hanya mengurusi masalah yang minor dan banyak menganggur. Dan itu adalah sebulan paling lama dalam hidupku. Aku bosan dan sangat capek. Akhirnya aku datang ke manajerku dan minta pekerjaan tambahan, teman-temanku bilang aku tidak waras. Read the rest of this entry

Dari Sudut Kantin Pusat

Kantin pusat yang Sepi

Suatu siang di kantin

Suatu siang di kantin pusat ITS. Laptop yang menemani sejak jaman kuliah mahasiswa yang berlalu lalang. Tapi kantin ini lebih bersih, lebih rapi, lebih modern tapi lebih sepi sekarang. Dahulu jam segini ada mahasiswa berlatih skateboard di parkiran, ada para aktivis kampus berasyik masyuk merancang sesuatu entah apa, ada mahasiswa yang berpacaran di pojokan, dan ada mereka yang sekedar cangkruk menunggu kuliah jam selanjutnya. Di malam harinya, kantin ini akan berubah jadi sebuah sanctuary untuk para mahasiswa gelandangan, karena mereka memang tinggal di sini, sebuah pusat pergerakan untuk Anak Kantin, karena mereka memang bergerak dari sini.

Dulu ini adalah ruang propaganda, ruang perubahan, ruang kampanye. Sebuah simbol pusat kegiatan mahasiswa di kampus. Karena kantin adalah tempat ide bertemu, berontak, bercinta dan berkembangbiak lalu menghablur memberi tempat untuk ide yang baru. Read the rest of this entry

Tentang Masa Lalu

 

Ini posting katarsis, usaha untuk menerima ingatan dan luka. Menumpahkannya ke sebuah postingan semoga adalah jalan menuju penyembuhan kembali.

Yang namanya kembali ke kota kelahiran pasti menyenangkan. Ketemu keluarga, keponakan yang lucu, anjing2 yang ramah menyambut, teman2 lama yang akhirnya bersua kembali, bertemu dosen yang pernah mengajar dan mahasiswi yang cantik2 juga. Read the rest of this entry