Tentang Pulkam dan Surabaya

Ohoi! Aku melewatkan liburan (oke… It’s called ‘cuti’ now) dengan pulang kampung ke kampung halamanku, Surabaya (Surabaya… Sidoarjo.. whatever 😀 ). Perjalanan dimulai jam 21.30 dengan menumpang kereta api kesayangan saat pulang, Argo Bromo Anggrek. Jadi, naik kereta api tut tut tut! Oh ya.. nama argo ini setahuku diambil dari kapal yang digunakan oleh tokoh mitologi, Jason untuk berlayar mengambil Golden Fleece di … oke, back to topik.

Perjalanan dengan KA memerlukan waktu 10-12 jam, aku sampai di Surabaya jam 8 pagi. Dan ayahku menjemput dan wisata kuliner dimulai dengan sarapan di Lontong Balap di Kranggan (hei aku nggak puasa). Sayangnya saat itu sate kerangnya belum datang, terlalu pagi mungkin.

Di Kranggan aku malah teringat cerita Bumi Manusia-nya Pram, di cerita itu, Minke kos di Kranggan dan sekolah di HBS (daerah SMA Kompleks Surabaya sekarang). Aku langsung membayangkan jalur yang ditempuh oleh dokar yang dinaikinya dari situ, dan membayangkan pertemuannya dengan Jean Marais, sahabatnya yang berasal dari Prancis, yang juga seorang eks prajurit VOC di Aceh dan sekarang menjadi pengrajin dan pelukis. Aku juga membayangkan perjalanannya ke rumah Nyai Ontosoroh di Wonokromo, rumah bordil di situ, dan banyak hal lain.

Banyak perubahan di Surabaya, salah satunya adalah banyaknya taksi Blue Bird. Lainnya adalah proyek trotoar di Surabaya. Trotoar di Surabaya sekarang lebih pedestrian-friendly. Semoga saja nggak dibajak sama pengendara motor kayak di Jakarta.

Oh ya, aku juga sempat lewat mall baru di daerah viaduct Gubeng. Hutan kota yang selalu menyegarkan pemandangan setiap aku sekolah pulang lewat viaduct Gubeng itu sudah jadi Mall sekarang.

Okey, life goes on.

Oh ya, di sini aku juga sempet nonton Laskar Pelangi, tapi aku sudah cerita kan. Yang aku belum cerita adalah saat aku nunggu film itu diputer, aku makan di D’Cost, Royal Plaza. Harga kaki lima mutu bintang lima, adalah moto D’Cost. Dengan harga nasi 1000 dan es teh manis 500 (bandingkan dengan Jakarta), dan harga makanan yang murah meriah dan lumayan enak, resto ini cocok buat orang berkantong cekak kayak aku. I recommend cumi telur asin. Asli uenak, cuk!

Yang lain, aku juga sempat nyicipi bebek goreng 75, meskipun nggak ke warungnya, saat buka bareng sama anak2 2002 di rumahnya ibu dosen Henning. Ngobrol dengan teman yang sudah lama nggak ketemu, guyon bareng. Ternyata sebagian besar temanku sudah mulai membangun karir, beberapa baru lulus dan diterima kerja, beberapa nunggu kelulusan dan sudah kerja. Way to go pals! See you at the top! (niru motivator dikit boleh kan 😀 )

Kegiatanku selama di rumah adalah, eng ing eng… Ngegame!!!

Aku berhasil menyambungkan WoW di rumahku dengan server di Indogamers, dan main sebagai Tauren Druid, yeah “For The Horde!!!” Saatnya mencari sambungan internet di Jakarta supaya aku bisa terus leveling. Hello game addiction! 😀

Okey, trus soal pulang lewat jalur Utara lagi. Tapi kali ini nggak terjebak macet yang membuat banyak orang Jakarta stress. Ya iyalah, agak nggaya dikit dong, naik pesawat gitu lho… (dasar ndeso 😛 ). Pesawat sempat tersendat di atas Semarang gara2 harus narik pesawat lain yang mogok.

Pesawat itu touchdown di Jakarta jam 06.20, dan aku disambut oleh mati lampu dan krisis air. First day in Jakarta sucks!

Btw, enggak Jakarta, enggak Surabaya panas sekali. Di Surabaya aku selalu pusing setelah menghabiskan waktu di jalan. Heat attack man! Biasanya hidup di Sub Tropis sih…

About dnial

You don't see anything You don't hear anything You don't know anything Move along and pretend nothing happen

Posted on 8 Oktober, 2008, in experience, jayus, life, small talk and tagged , , , . Bookmark the permalink. 9 Komentar.

  1. “Seorang pelajar harus adil sejak dalam pikirannya”
    – Jean Marais pada Minke, Bumi Manusia –

  2. “ku makan di D’Cost, Royal Plaza. Harga kaki lima mutu bintang lima, adalah moto D’Cost. Dengan harga nasi 1000 dan es teh manis 500 (bandingkan dengan Jakarta), dan harga makanan yang murah meriah dan lumayan enak, resto ini cocok buat orang berkantong cekak kayak aku. I recommend cumi telur asin. Asli uenak, cuk!”

    di jakarta juga harga d’cost sama koq… harga nasi per porsii 1000 semaunyaa.. dan teh manis 500/gelas..kalau teh tawar cuma 250 semaunya.. hehehe… murah meriah.. ak ma akangku juga kemarin makan di d’cost BSD..

    komen dy: “jangan sampe ketauan, ak mahasiswa…milihnya yang murah..hehe…”

    lalu kubales: “kalau di kantin kampus ada d’cost…kayanya yang laku cuma teh tawar nya.. hehe..”

    salam kenal!!!

  3. katanya naek kereta? nggaya amat naek pesawat 😎

  4. @yoe
    Maksudku dibandingin sama harga teh manis di warung yang lebih dari 2000-an, dan harga nasi yang 3000-an lebih.

    @takochan
    Berangkatnya kan naik kereta, pulangnya baru naik pesawat. Gara2 kehabisan tiket kereta sebenernya, dan kebetulan bisa nemu yang dibawah 800rb-an. 😛

  5. 1. Lontong Balap Garuda ya?
    2. D’Cost di mana siy?
    3. Gaya rek mulih nitih pesawat!!

  6. @wina
    1. Ndak tahu namanya. Pokoknya di Kranggan 😛
    2. di Royal, ya ampun.. baca lagi! selain itu see this http://www.dcostseafood.com/
    Oh ya, Royal itu setelah terminal Joyoboyo ke arah Sidoarjo di kanan jalan. Bekas pasar sementara Wonokromo dulu.
    3. Kamu kan malah pp naik pesawat. Tapi pesawatnya kerenan aku, Garuda pek! sekali jalan lebih mahal dari tiket PP-mu. 😦

  7. Keren tapi kok sedih soal harga. Wah orangnya ga keren dunk!!! 😉

  8. iyah, pak dnial! hehehe.. ;D

  9. Rafi dcost bjmasin

    Dcost dsr bujur murah bnr jar urang bnjar…

Tinggalkan Balasan ke Wina Dahlan Batalkan balasan